BIN yang biasanya bekerja secara senyap -di bawah permukaan, malah semakin menampakkan diri. Lembaga telik sandi ini bahkan terlibat melakukan swab test massal, bagi-bagi masker, serta mendorong riset vaksin dan obat anti-Covid. Sayangnya, banyak hasil tes Covid-19 yang dilakukan BIN diduga tidak akurat.
Hasil tes BIN tentu membuat pasien dan keluarganya dag-dig-dug setelah kekeliruan diagnosis yang fatal. Selain itu, seluruh kredibilitas pemerintah dalam menangani pandemi pun turut dipertaruhkan.
Peran BIN dalam berbagai kegiatan terbuka seputar penanganan pandemi sejatinya tak sejalan dengan UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara. Di sana ditegaskan tujuan intelijen negara adalah mendeteksi, mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan informasi intelijen. BIN seharusnya sebatas memberikan peringatan dini sebagai antisipasi berbagai kemungkinan ancaman atas keamanan nasional.
Sudah saatnya semua keruwetan ini dihentikan. Perubahan bisa dimulai dengan menghentikan keikutsertaan BIN yang tidak pada tempatnya dalam penanganan Covid-19. Jangan lagi memberikan cek kosong kepada lembaga intelijen dan keamanan untuk menangani pandemi yang semestinya menjadi tugas dan tanggung jawab otoritas medis.