Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Episode 80: Terulangnya Ambiguitas Kebijakan Pemerintah saat Lebaran

Kamis, 20 Mei 2021 07:30 WIB

Lebaran kali ini adalah lebaran kedua selama pandemi, tetapi penyakit pemerintah tak juga sembuh: kebijakan yang tak padu dalam mengendalikan penyebaran virus corona. Publik sebenarnya bisa mafhum saat pemerintah melarang mudik. Namun sayangnya, larangan mudik diembel-embeli agar masyarakat tetap plesiran. Mal-mal juga tetap dibuka sementara ziarah dilarang. Walaupun ada penekanan tetap memperhatikan protokol kesehatan, nyatanya, kerumunan di tempat wisata tetap terjadi.

Kita menyadari bahwa tujuan kebijakan-kebijakan tersebut adalah membangkitkan perputaran ekonomi di tengah pandemi. Namun di sisi lain Tempo juga menyadari bahwa kebijakan-kebijakan yang muncul masih bias masyarakat kelas menengah atas.

Ketika mudik dilarang atau muncul kebijakan pembatasan mobilitas lainnya, pemerintah seharusnya juga menggencarkan mitigasi untuk masyarakat kelas menengah bawah--para pemilik jasa transportasi, pengemudi, pengusaha dan pekerja warung, pedagang kaki lima--yang sangat bergantung pada pendapatan harian dan tidak memiliki jaring pengaman sosial. Pemerintah seharusnya menyiapkan kompensasi yang adil bagi mereka agar tidak terkesan hanya “menyenangkan” masyarakat kelas menengah atas.